Entri yang Diunggulkan

Resensi Buku Filosofi Teras: Solusi Hidup Tanpa Overthinking

Menapak Jalan Pengabdian, Menyulam Asa Bersama Warga

Mahasiswa KKN Posko 36 foto bersama perangkat desa (dok. Tim Media Posko 36)

DIREKTORIJATENG.ID - Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah bagian penting dalam perjalanan akademis mahasiswa. Program ini menjadi ruang pertemuan antara teori yang dipelajari di bangku kuliah dengan dinamika kehidupan sosial di masyarakat. Melalui pengalaman langsung, mahasiswa tidak hanya menguji pengetahuan yang dimiliki, tetapi juga belajar memahami realitas yang sering kali jauh lebih kompleks daripada yang dibayangkan.

KKN menjadi jeda sejenak dari kelas ber-AC, berganti suasana dengan teras rumah warga yang sederhana. Hari-hari diwarnai obrolan santai, tawa anak-anak desa, hingga cerita kecil yang tak pernah ditemukan di bangku kuliah. Di sinilah mahasiswa belajar langsung dari kehidupan, bukan dari slide presentasi atau catatan dosen.

Ilmu yang selama ini terasa abstrak akhirnya menemukan bentuknya. Bukan lagi sekadar teori, tetapi hadir dalam bentuk senyum warga, semangat belajar anak-anak, dan kehangatan kebersamaan. Dari situlah muncul kesadaran bahwa belajar tidak pernah berhenti dan pengabdian tidak selalu diwujudkan dengan hal besar, kadang justru lahir dari hal-hal sederhana yang dilakukan dengan hati.

Transformasi dari Teori Menjadi Aksi

Enam semester dihabiskan mahasiswa dalam lingkungan kampus yang rapi dan teratur: mempelajari konsep abstrak, menganalisis data, hingga merumuskan solusi dalam ranah teori. Begitu KKN dimulai, peralihan menuju realitas berlangsung seketika. Kehidupan desa menjadi “laboratorium” sosial yang menuntut kemampuan beradaptasi, membangun interaksi, sekaligus mengambil tindakan nyata.

Realitas di lapangan kerap menggugah kesadaran. Persoalan yang dihadapi warga tidak bisa dijawab dengan rumus atau model teoretis semata, sehingga KKN menjadi ruang belajar tentang fleksibilitas dan kreativitas. Mahasiswa ditantang merancang kegiatan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Bentuknya pun beragam: pendampingan belajar bagi anak-anak, penyuluhan kesehatan dan kebersihan, hingga pelatihan usaha kecil untuk ibu-ibu. Setiap inisiatif tidak berhenti pada sekadar proyek, melainkan menjadi jembatan antara ilmu yang diperoleh di kampus dengan realitas yang dijalani masyarakat sehari-hari.

Guru Sejati di Sekolah Kehidupan

Meskipun berangkat dengan bekal ilmu dari kampus, mahasiswa KKN justru menjadi murid di sekolah kehidupan yang lebih luas. Warga desa menjadi guru terbaik. Dari petani, mereka belajar arti kerja keras dan ketabahan; kegagalan panen tidak membuat patah semangat, justru menjadi alasan untuk bangkit dan mencoba lagi. Dari pengusaha kecil, mereka menyerap pelajaran tentang kesabaran dan ketekunan. Dari tokoh masyarakat, mereka memahami kearifan lokal serta pentingnya kebersamaan.

Interaksi yang terjalin selama program ini menghadirkan esensi pengabdian. Malam-malam yang diisi obrolan di teras rumah, tawa lepas saat membantu warga, hingga momen hening mendengarkan keluh kesah, semuanya menjadi pelajaran berharga. Di sanalah ego akademis perlahan luntur, berganti empati dan pemahaman mendalam tentang arti kemanusiaan.

KKN mengajarkan bahwa ilmu tidak diukur dari seberapa banyak teori yang dikuasai, melainkan sejauh mana manfaatnya bagi orang lain. Walau singkat, pengalaman ini meninggalkan kesan mendalam. Perpisahan pun selalu menghadirkan haru: ada sedih karena harus meninggalkan rumah kedua, sekaligus bangga karena pernah menjadi bagian dari perjalanan warga desa.

Yang dibawa pulang bukan sekadar sertifikat, melainkan pemahaman baru tentang pengabdian. Bahwa kontribusi tidak harus dalam bentuk besar dan megah, tetapi bisa berawal dari hal sederhana: senyum tulus, uluran tangan, atau niat baik untuk menghadirkan perubahan. Pengetahuan yang dulu hanya tertulis di buku kini menjelma nyata, punya wajah, cerita, sekaligus makna.

Pada akhirnya, KKN bukan hanya proyek mahasiswa. Ia adalah perjalanan menumbuhkan kesadaran, menyulam harapan bersama masyarakat, dan menemukan kembali makna sejati dari ilmu. Pengalaman yang mungkin singkat, tetapi jejaknya akan selalu tinggal di hati, sebagai pengingat bahwa belajar dan mengabdi tak pernah mengenal akhir.


Atribusi: Nita Putri Aprilyani - Anggota KKN MIT 20 POSKO 36 UIN Walisongo Semarang


Belum ada Komentar untuk "Menapak Jalan Pengabdian, Menyulam Asa Bersama Warga"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel